Minggu, 02 September 2007

Membangun Sekolah Cerdas

Saat ini banyak bermunculan sekolah cerdas atau sekolah unggulan yang menawarkan berbagai keunggulan. Sekolah-sekolah model atau unggulan sering dikonotasikan sebagai sekolah efektif. Tapi apakah betul demikian?
Tulisan ini akan mengetengahkan tentang konsep sekolah cerdas oleh Barbara MacGilchrist. Dengan mengetahui konsep ini, setiap kita akan bisa melihat bagaimana sekolah atau institusi pendidikan yang ada di sekitar kita, walaupun jelas tidak secara mendalam, tapi cukuplah ia menjadi parameter umum bagi analisa terhadap proses pendidikan di sekolah.

Teori Multiple Intelligences (MI) dari Howard Gardner ternyata tidak hanya berpengaruh pada kurikulum dan pembelajaran saja. Namun, lebih dari itu, teori ini telah menginspirasi hampir semua aspek pendidikan termasuk sisi kepemimpinan sekolah.

Pada awal-awal tahun 2000-an Barbara MacGilchrist memperkenalkan satu bentuk sekolah yang dia namakan dengan the intelligent school atau sekolah cerdas. Konsep sekolah cerdas ini dihasilkan dari penelitian-penelitian empiris tentang school effectiveness (efektifitas sekolah).

Disimpulkan bahwa sebuah sekolah cerdas mempunyai beberapa kecerdasan khusus dan unik. Kecerdasan-kecerdasan ini saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Kecerdasan-kecerdasan itu adalah:

Kecerdasan Kontekstual
Kecerdasan kontekstual menggambarkan satu kemampuan sekolah sebagai organisasi melihat dirinya dalam framework interkoneksi dengan komunitas yang lebih luas dan dunia di mana ia menjadi bagian integral.

Karateristik sekolah ini adalah keterbukaan terhadap ide-ide baru dan inovatif, dan responsif atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan terdekat.

Selain itu, sekolah ini mempunyai kapasitas untuk bersikap fleksibel dan bekerja dan berfungsi secara terbuka dengan beragam perspektif, mendengarkan orang lain, terutama komunitas lokal, sembari tidak kehilangan arah untuk menuju tujuan inti sekolah.

Kecerdasan Strategis
Kecerdasan strategis pada intinya adalah kemampuan responsif terhadap situasi sekarang secara tepat, merencanakan masa depan, dan mengantisipasi segala konsekuensinya.

Oleh karena itu, kecerdasan strategis ini akan membawa sekolah pada kejelasan visi, tujuan, target dan standar yang akan dicapai, serta keinginan-keinginan dan harapan yang harus di-share oleh setiap orang dalam komunitas sekolah itu.

Kecerdasan Akademis
Kecerdasan akademik adalah kemampuan sekolah menghargai dan memberikan penekanan akan pentingnya proses pembelajaran yang berkualitas tinggi.

Ada tiga dimensi dari kecerdasan ini, yaitu value-added, proses pembelajaran efektif, dan tingginya ekspektasi akan hasil belajar siswa. Semua dimensi ini dimanifestasikan pada usaha-usaha yang sistimatis, berkelanjutan, dan bersemangat tinggi untuk mewujudkan etos belakar siswa.
Selain itu, kecerdasan ini membuka kesempatan bagi siswa untuk mengekspresikan diri mereka sesuai dengan keunikan entitas mereka.

Kecerdasan Reflektif
Kecerdasan reflektif merujuk pada kemampuan sekolah untuk selalu melakukan monitoring, refleksi dan evaluasi terhadap efektivitas sekolah secara umum, dan perkembangan dan pencapaian belajar siswa secara khusus.
Dalam prosesnya, sekolah yang cerdas secara reflektif akan berhati-berhati terhadap bahaya rendahnya ekspektasi siswa terhadap mutu akademik mereka pada satu sisi, sementara pada sisi lain mereka berpuas diri dengan hasil belajar yang kelihatan bagus.

Kecerdasan Pedagogis
Kecerdasan pedagogis ini mencirikan sekolah cerdas sebagai sekolah yang mampu untuk melihat dirinya sebagai sebuah learning organisation atau organisasi belajar. Kecerdasan ini memastikan bahwa proses belajar mengajar secara regular diuji dan dikembangkan sehingga tidak pernah menjadi sesuatu yang ortodoks dan status quo.

Kecerdasan Kolegial
Kecerdasan kolegial memungkinkan sekolah untuk membangun kapasitas sekolah dalam mengembangkan kerja sama antara staf untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas secara khusus.

Ada pengakuan akan pentingnya untuk mensupor proses belajar guru (bukan siswa) secara berkelanjutan dalam berbagai cara.

Yang mendasari kecerdasan kolegial ini adalah sebuah pemahaman bahwa individu bisa melakukan sesuatu, akan tetapi gabungan dari setiap individu yang mampu bekerja sama akan meningkatkan dan mengembangkan kemampuan masing-masing.

Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi terkait dengan kemampuan sekolah untuk memberikan keleluasaan kepada staf dan siswa untuk memiliki, mengekspresikan, dan menghormati perasaan mereka.

Howard Gardner membedakan antara kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memahami orang lain: Apa yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan bagaimana bekerja sama secara kooperatif dengan mereka.

Sementara kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan memahami diri sendiri untuk membentuk satu model kepribadian yang tepat dan mampu menerapkan model itu secara efektif dalam kehidupan.

Kecerdasan Spiritual
Spiritualitas diartikan sebagai sebuah sumber kreativitas yang terbuka bagi semua orang. Ia akan membuat kualitas hidup menjadi bermakna, melahirkan pencarian, ide, pengamatan, pencerahan, empati, ekspresi artistik, usaha-usaha untuk berpenghidupan yang berkah.

Spiritualitas akan membuka diri kita terhadap kehidupan kita dan orang lain. Spiritualitas adalah inti kehidupan yang membawa harapan, kesabaran dan ke-tekunan, syukur, dorongan, kedamaian, kebertujuan dan kebermaknaan yang diejawantahkan dalam keseharian, sembari memperoleh pencapaian yang melebihi dunia nyata dan nampak ini.

Spiritualitas membuat kita mencari dan bertahan kokoh dengan nilai-nilai yang diyakini dan tidak dipengaruhi oleh sukses material.

Oleh karena itu, kecerdasan spiritual bercirikan penghargaan dan penilaian fundamental terhadap kehidupan dan perkembangan semua anggota dalam komunitas sekolah.

Setiap orang dilihat sebagai entitas yang mampu berkontribusi dan mempunyai sesuatu untuk dikontrubusikan. Kecerdasan ini mengakui pentingnya menyeimbangkan kesibukan hidup komunitas sekolah dengan kedamaian dan kesempatan untuk terus berhubungan dengan isu-isu spiritual.

Kecerdasan spiritual menyatakan bahwa pengalaman bukanlah sesuatu yang secara kasat mata dapat dilihat dan diukur dengan materi. Ia menekankan pentingnya kemampuan sekolah mempromosikan pembelajaran mendalam setiap anggota komunitas.

Kecerdasan Etika
Kecerdasan terakhir dari sekolah cerdas adalah kecerdasan etika. Kecerdasan ini mengakui pentingnya hak-hak siswa dan keperluan untuk melibatkan mereka dalam pembuatan keputusan tentang proses belajar mereka.

Kecerdasan etika mencakup kejelasan statemen tentang nilai dan keyakinan yang dimuat dalam tujuan-tujuan sekolah. Ia menekankan pada bagaimana sekolah menjelaskan tujuan-tujuan moral dan prinsip-prinsipnya seperti keadilan, kesetaraan dan inklusivitas.

Ciri kecerdasan ini juga terdapat pada adanya perhatian terhadap distribusi dan penggunaan sumber daya sekolah. Sekolah dengan kecerdasan etika ini memiliki self-esteem yang tinggi sebagai sebuah organisasi yang mendorong untuk berupaya secara berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas sekolah.

Sekolah cerdas secara etika tidak pernah merasa puas akan apa yang sedang mereka lakukan dan sudah dicapai, dan selalu mempunyai ide-ide bagaimana menjadi lebih baik.

Kesembilan kecerdasan ini tentu mempunyai implikasi terhadap kepemimpinan dan manajemen sekolah di mana para pemimpinnya harus membangun satu pemahaman kolektif terhadap keragaman kecerdasan sekolah seperti yang disebutkan di atas.

Pendekatan kepemimpinan yang bisa digunakan dalam hal ini adalah problem solving approach di mana seorang pemimpin sekolah melakukan identifikasi terhadap kecerdasan-kecerdasan yang belum dimiliki oleh sekolah, mana yang masih kurang dan perlu dipertahankan dan ditingkatkan.

Setelah itu, mereka mencari alternatif-alternatif solusi bagi permasalahan itu, yang diikuti dengan analisa sumber-sumber potensial yang dapat berkontribusi memecahkan permasalahan yang ditemukan.

Kemudian pemilihan terhadap solusi dari alernatif-alternatif tersebut, untuk kemudian diimplementasikan। Terakhir, evaluasi berkelanjutan harus dilakukan agar semua kecerdasan sekolah itu dapat terwujud secara mantap dan efektif.

Model - Model Perencanaan Pendidikan

Blog Manajemen Pendidikan Indonesia

Beberapa model perencanaan pendidikan yang patut diketahui, antara lain:
a. Model Perencanaan Komperehensif
Model ini terutama digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan dalam system pendidikan secara keseluruhan. Di samping itu berfungsi sebagai suatu patokan dalam menjabarkan rencana-rencana yang lebih spesifik kea rah tujuan-tujuan yang lebih luas.

b. Model Target Setting
Model ini diperlukan dalam upaya melaksanakan proyeksi ataupun memperkirakan tingkat perkembangan dalam kurun waktu tertentu. Dalam persiapannya dikenal:
1. Model untuk menganalisis demografis dan proyeksi penduduk
2. Model untuk memproyeksikan enrolmen( jumlah siswa terdaftar ) sekolah
3. Model untuk memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja.

c. Model Costing dan keefektifan biaya
Model ini sering digunakan untuk menganalisis proyek-proyek dalam criteria efisien dan efektifitas ekonomis. Dengan model ini dapat diketahui proyek yang paling fleksibel dan memberikan suatu perbandingan yang paling baik di antara proyek-proyek yang menjadi alternative penanggulangan masalah yang dihadapi.
Penggunaan model ini dalam pendidikan didasarkan pada pertimbangan bahwa pendidikan itu tidak terlepas pada pertimbangan bahwa pendidikan itu tidak terlepas dari masalah pembiayaan. Dan, dengan sejumlah biaya yang dikeluarkan selama proses pendidikan, diharapkan dalam kurun waktu tertentu dapat memberikan benefit tertentu.

d. Model PPBS
PPBS (planning, programming, budgeting system) bermakna bahwa perencanaan, penyusunan program dan penganggaran dipandang sebagai suatu system yang tak terpisahkan satu sama lainnya. PPBS merupakan suatu proses yang komprehensif untuk pengambilan keputusan yang lebih efektif. Beberapa ahli memberikan pengertian, antara lain: Kast Rosenzweig (1979) mengemukakan bahwa PPBS merupakan suatu pendekatan yang sistematik yang berusaha untuk menetapkan tujuan, mengembangkan program-program, untuk dicapai, menemukan besarnya biaya dan alternative dan menggunakan proses penganggaran yang merefleksikan kegiatan program jangka panjang. Sedangkan Harry J. Hartley (1968) mengemukakan bahwa PPBS merupakan proses perencanaan yang komprehensif yang meliputi program budget sebagai komponen utamanya.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa:
1. PPBS merupakan pendekatan yang sistematik. Oleh kaena itu, untuk menerapkan PPBS diperlukan pemahaman tentang konsep dan teori system.
2. PPBS merupakan suatu proses perencanaan komprehensif. Penerapannya hanya dimungkinkan untuk masalah-masalah yang kompleks dan dalam organisasi yang dihadapkan pada masalah yang rumit dan komprehensif.

Untuk memahami PPBS secara baik, maka perlu kita perhatikan sifat-sifat esensial dari system ini. Esensi dari PPBS adalah sebagai berikut:
1. Memperinci secara cermat dan menganalisis secara sistematik terhadap tujuan yang hendak dicapai.
2. Mencari alternative-alternatif yang relevan, cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan.
3. Menggambarkan biaya total dari setiap alternative, baik langsung ataupun tidak langsung, biaya yang telah lewat ataupun biaya yang akan dating, baik biaya yang berupa uang maupun biaya yang tidak berupa uanag.
4. Memberikan gambaran tentang efektifitas setiap alternative dan bagaimana alternative itu mencapai tujuan.
5. Membandingkan dan menganalisis alternative tersebut, yaitu mencari kombinasi yang memberikan efektivitas yang paling besar dari suber yang ada dalam pencapaian tujuan ( Jujun S, 1980).


Referensi:
Fattah, Nanang. 2001, Landasan Manajemen Pendidikan . Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, Cetakan kelima.

Jumat, 10 Agustus 2007

Langit yang Mengembalikan

Demi langit yang mengandung hujan (QS. Ath Thaariq, 86:11). Kata yang ditafsirkan sebagai 'mengandung hujan' dalam terjemahan Alquran ini juga bermakna 'mengirim kembali' atau mengembalikan.

Seperti diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri atas sejumlah lapisan. Setiap lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan. Penelitian mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang mereka terima ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang, marilah kita cermati sejumlah contoh fungsi pengembalian dari lapisan-lapisan yang mengelilingi bumi tersebut.

  • Lapisan Troposfir, 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke bumi sebagai hujan.
  • Lapisan ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang angkasa.
  • Ionosfir, memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang cukup jauh.

Sifat lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Alquran. Ini sekali lagi membuktikan bahwa Alquran adalah firman Allah.

Dalam sebuah ayat Alquran pun disebutkan sifat angin yang 'mengawinkan' hingga terbentuknya hujan.

Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan, dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya. (QS. Al Hijr, 15:22)

Dalam ayat ini, ditekankan bahwa fase pertama dalam pembentukan hujan adalah angin. Hingga awal abad ke-20, satu-satunya hubungan antara angin dan hujan yang diketahui hanyalah bahwa angin menggerakkan awan. Namun, penemuan ilmu meteorologi modern telah menunjukkan peran 'mengawinkan' dari angin dalam pembentukan hujan.

Fungsi 'mengawinkan' dari angin ini terjadi sebagaimana berikut:

Di atas permukaan laut dan samudera, gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribuan partikel kecil, dengan diameter seperseratus milimeter, terlempar ke udara. Partikel-partikel ini, yang dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu daratan yang terbawa oleh angin, dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfir. Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi ke atas oleh angin, dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air mengembun di sekeliling partikel-partikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini mula-mula berkumpul dan membentuk awan, dan kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan.

Sebagaimana terlihat, angin 'mengawinkan' uap air yang melayang di udara dengan partikel-partikel yang dibawanya dari laut dan akhirnya membantu pembentukan awan hujan. Apabila angin tidak memiliki sifat ini, butiran-butiran air di atmosfir bagian atas tidak akan pernah terbentuk, dan hujan pun tidak akan terjadi.

Hal terpenting di sini adalah bahwa peran utama dari angin dalam pembentukan hujan telah dinyatakan berabad-abad yang lalu dalam sebuah ayat Alquran, pada saat orang hanya mengetahui sedikit saja tentang fenomena alam.

Fakta lain yang diberikan dalam Alquran mengenai hujan adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam Surat Az Zukhruf sebagai berikut: "Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)." (QS. Az Zukhruf, 43:11)

Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 triliun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Hal ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut ukuran atau kadar tertentu. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini.

Bahkan satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Alquran.


Kisah Orang Bernama Alfred

Ada seorang pegawai negeri Inggris yang berada di gedung, lantai 26. Tiba tiba ada yang berteriak,

"Alfred...! Alfred...! anak perempuanmu mati tertabrak mobil!!"

Pegawai negeri itu kaget dan langsung melompat dari lantai 26.

Saat tubuhnya melewati lantai 14, ia baru sadar kalau ia tak punya anak perempuan.

Saat melewati lantai 5, ia baru sadar kalau ia belum menikah, apalagi punya anak perempuan.

Saat sampai tanah, ia baru ingat kalau namanya itu bukan ALFRED.

Keajaiban Tumbuhan

Seorang mukmin berjalan di sebuah taman. Ia terpesona dengan keindahan taman yang merupakan kenikmatan Allah. Sesungguhnya, bagi yang sudi merenung, pada setiap benda hidup terdapat kebesaran-Nya.

Sebagai contoh, tanaman merambat yang melingkarkan tubuhnya mengelilingi sebuah dahan atau benda lain, merupakan fenomena yang perlu dipikirkan secara seksama. Jika pertumbuhan tanaman ini direkam dan dipertunjukkan ulang dengan cepat, akan terlihat bahwa tanaman merambat ini bergerak seolah-olah ia adalah makhluk yang memiliki kesadaran. Ia seolah-olah melihat dahan yang berada tepat di hadapannya, lalu ia mengulurkan dirinya ke arah dahan tersebut dan mengikatkan diri ke dahan seperti tali lasso.

Seorang mukmin yang menyaksikan semua ini kembali sadar bahwa Allah telah menciptakan semua benda hidup, dan bahwa Dia menciptakannya sebagai sistem yang unik dan tanpa cacat.

Ketika seseorang terus mengamati gerakan-gerakan tanaman ini, ia menemukan satu ciri menarik lain dari tumbuhan tersebut. Ia melihat bahwa batang tanaman merambat tersebut dengan kuat melekatkan dirinya di atas permukaan dimana ia berada dengan menjulurkan lengan-lengan sampingnya. Bahan yang kental yang diproduksi oleh tanaman yang tidak memiliki kesadaran tersebut merekat sedemikian kuat sehingga ketika tanaman ini dicoba untuk dipindahkan dengan cara menariknya dari tempat ia berada, maka cat yang ada ditembok akan ikut terangkat juga.

Begitupun dengan pepohonan. Pernahkan kita memikirkan bagaimana air mencapai dedaunan yang tinggi? Tidaklah mungkin bagi air dalam sebuah tanki di bagian bawah bangunan anda untuk naik ke lantai yang lebih atas tanpa adanya sebuah tanki hidroforik atau mesin pompa air yang kuat. Anda tidak akan mampu memompa air kendatipun hanya sampai ke lantai pertama. Oleh karena itu, sudah seharusnya ada sistem pemompaan yang mirip dengan mesin hidrofonik yang dimiliki oleh pohon.

Allah telah menciptakan untuk tiap-tiap pohon semua sarana dan perlengkapan yang diperlukan. Tambahan lagi, sistem pemompaan di setiap pohon terlalu canggih dibandingkan dengan yang ada di bangunan tempat tinggal manusia.

Hal lain yang dapat dipikirkan berhubungan dengan dedaunan. Dedaunan itu sesungguhnya bukan bentuk sederhana seperti yang terlihat mata. Dedaunan, misalnya, adalah sesuatu yang rentan dan mudah rusak. Namun, daun-daun ini tidak kering kerontang karena panasnya terik sinar matahari yang menyengat. Ketika seorang manusia berada pada suhu 40oC dalam waktu yang sebentar, warna kulitnya berubah, ia menderita dehidrasi. Sebaliknya, daun mampu untuk tetap hijau di bawah panas matahari yang menyengat tanpa terbakar selama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan meskipun sangat sedikit sekali jumlah air yang mengalir melalui pembuluh-pembuluhnya yang mirip benang. Ini adalah sebuah keajaiban penciptaan yang menunjukkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan ilmu yang tak tertandingi.

Begitulah, ketika menyusuri taman, kita memahami semua itu merupakan perwujudan sifat-Nya Yang Maha Indah (Al-Jamaal). Lihatlah: bunga daisy yang menguning. Kupu-kupu dengan ekornya yang indah meliuk di sela bunga.

Kupu-kupu, misalnya, adalah makhluk yang sangat indah dan elok untuk dilihat. Kupu-kupu, yang memiliki sayap dengan simetri dan disain semacam renda yang demikian teliti sehingga terlihat seolah-olah dilukis dengan tangan, dengan warna yang harmoni dan dipenuhi fosfor sehingga berpendar, adalah bukti daya seni yang tak tertandingi dari ciptaan Allah.

Banyaknya jenis tanaman dan pohon yang tak terhitung di muka bumi merupakan bagian dari keindahan ciptaan Allah. Bunga-bunga dengan warna yang beraneka-ragam dan berbagai bentuk pepohonan telah diciptakan sedemikian rupa sehingga memberikan kenyamanan bagi manusia.

Seseorang yang memiliki keimanan akan berpikir bagaimana bunga seperti mawar, violet, daisy, hyacinth, anyelir, anggrek dan bunga-bunga lainnya memiliki permukaan yang sedemikian mulus, bagaimana mereka muncul dari biji-biji mereka dalam keadaan yang halus sama sekali tanpa ada lipatan-lipatan, bagaikan telah disetrika.

Satu lagi keajaiban ciptaan Allah adalah aroma sedap yang menakjubkan dari bunga-bunga ini. Mawar, misalnya, memiliki wangi yang tidak pernah berubah yang selalu dikeluarkannya. Bahkan dengan teknologi paling maju sekalipun, bau yang menyamai mawar tidak dapat dibuat.

Penelitian di laboratorium-laboratorium untuk menyerupai bau ini belum mendatangkan hasil yang memuaskan. Aroma parfum yang diproduksi dengan meniru bau mawar pada umumnya memiliki bau harum yang sedemikian kuat sehingga mengganggu orang. Tetapi bau asli dari bunga mawar tidak menimbulkan gangguan apapun bagi manusia.

Orang yang beriman sadar bahwa segala sesuatu ini diciptakan Allah agar ia memuji-Nya. Sadar akan hal ini, seseorang yang menyaksikan keindahan kebun ketika sedang berjalan-jalan akan mengagungkan Allah seraya mengatakan, ''Maa syaa Allahu, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)'' (QS. Al-Kahfi, 18: 39).