Minggu, 02 September 2007

Membangun Sekolah Cerdas

Saat ini banyak bermunculan sekolah cerdas atau sekolah unggulan yang menawarkan berbagai keunggulan. Sekolah-sekolah model atau unggulan sering dikonotasikan sebagai sekolah efektif. Tapi apakah betul demikian?
Tulisan ini akan mengetengahkan tentang konsep sekolah cerdas oleh Barbara MacGilchrist. Dengan mengetahui konsep ini, setiap kita akan bisa melihat bagaimana sekolah atau institusi pendidikan yang ada di sekitar kita, walaupun jelas tidak secara mendalam, tapi cukuplah ia menjadi parameter umum bagi analisa terhadap proses pendidikan di sekolah.

Teori Multiple Intelligences (MI) dari Howard Gardner ternyata tidak hanya berpengaruh pada kurikulum dan pembelajaran saja. Namun, lebih dari itu, teori ini telah menginspirasi hampir semua aspek pendidikan termasuk sisi kepemimpinan sekolah.

Pada awal-awal tahun 2000-an Barbara MacGilchrist memperkenalkan satu bentuk sekolah yang dia namakan dengan the intelligent school atau sekolah cerdas. Konsep sekolah cerdas ini dihasilkan dari penelitian-penelitian empiris tentang school effectiveness (efektifitas sekolah).

Disimpulkan bahwa sebuah sekolah cerdas mempunyai beberapa kecerdasan khusus dan unik. Kecerdasan-kecerdasan ini saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Kecerdasan-kecerdasan itu adalah:

Kecerdasan Kontekstual
Kecerdasan kontekstual menggambarkan satu kemampuan sekolah sebagai organisasi melihat dirinya dalam framework interkoneksi dengan komunitas yang lebih luas dan dunia di mana ia menjadi bagian integral.

Karateristik sekolah ini adalah keterbukaan terhadap ide-ide baru dan inovatif, dan responsif atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan terdekat.

Selain itu, sekolah ini mempunyai kapasitas untuk bersikap fleksibel dan bekerja dan berfungsi secara terbuka dengan beragam perspektif, mendengarkan orang lain, terutama komunitas lokal, sembari tidak kehilangan arah untuk menuju tujuan inti sekolah.

Kecerdasan Strategis
Kecerdasan strategis pada intinya adalah kemampuan responsif terhadap situasi sekarang secara tepat, merencanakan masa depan, dan mengantisipasi segala konsekuensinya.

Oleh karena itu, kecerdasan strategis ini akan membawa sekolah pada kejelasan visi, tujuan, target dan standar yang akan dicapai, serta keinginan-keinginan dan harapan yang harus di-share oleh setiap orang dalam komunitas sekolah itu.

Kecerdasan Akademis
Kecerdasan akademik adalah kemampuan sekolah menghargai dan memberikan penekanan akan pentingnya proses pembelajaran yang berkualitas tinggi.

Ada tiga dimensi dari kecerdasan ini, yaitu value-added, proses pembelajaran efektif, dan tingginya ekspektasi akan hasil belajar siswa. Semua dimensi ini dimanifestasikan pada usaha-usaha yang sistimatis, berkelanjutan, dan bersemangat tinggi untuk mewujudkan etos belakar siswa.
Selain itu, kecerdasan ini membuka kesempatan bagi siswa untuk mengekspresikan diri mereka sesuai dengan keunikan entitas mereka.

Kecerdasan Reflektif
Kecerdasan reflektif merujuk pada kemampuan sekolah untuk selalu melakukan monitoring, refleksi dan evaluasi terhadap efektivitas sekolah secara umum, dan perkembangan dan pencapaian belajar siswa secara khusus.
Dalam prosesnya, sekolah yang cerdas secara reflektif akan berhati-berhati terhadap bahaya rendahnya ekspektasi siswa terhadap mutu akademik mereka pada satu sisi, sementara pada sisi lain mereka berpuas diri dengan hasil belajar yang kelihatan bagus.

Kecerdasan Pedagogis
Kecerdasan pedagogis ini mencirikan sekolah cerdas sebagai sekolah yang mampu untuk melihat dirinya sebagai sebuah learning organisation atau organisasi belajar. Kecerdasan ini memastikan bahwa proses belajar mengajar secara regular diuji dan dikembangkan sehingga tidak pernah menjadi sesuatu yang ortodoks dan status quo.

Kecerdasan Kolegial
Kecerdasan kolegial memungkinkan sekolah untuk membangun kapasitas sekolah dalam mengembangkan kerja sama antara staf untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas secara khusus.

Ada pengakuan akan pentingnya untuk mensupor proses belajar guru (bukan siswa) secara berkelanjutan dalam berbagai cara.

Yang mendasari kecerdasan kolegial ini adalah sebuah pemahaman bahwa individu bisa melakukan sesuatu, akan tetapi gabungan dari setiap individu yang mampu bekerja sama akan meningkatkan dan mengembangkan kemampuan masing-masing.

Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi terkait dengan kemampuan sekolah untuk memberikan keleluasaan kepada staf dan siswa untuk memiliki, mengekspresikan, dan menghormati perasaan mereka.

Howard Gardner membedakan antara kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memahami orang lain: Apa yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan bagaimana bekerja sama secara kooperatif dengan mereka.

Sementara kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan memahami diri sendiri untuk membentuk satu model kepribadian yang tepat dan mampu menerapkan model itu secara efektif dalam kehidupan.

Kecerdasan Spiritual
Spiritualitas diartikan sebagai sebuah sumber kreativitas yang terbuka bagi semua orang. Ia akan membuat kualitas hidup menjadi bermakna, melahirkan pencarian, ide, pengamatan, pencerahan, empati, ekspresi artistik, usaha-usaha untuk berpenghidupan yang berkah.

Spiritualitas akan membuka diri kita terhadap kehidupan kita dan orang lain. Spiritualitas adalah inti kehidupan yang membawa harapan, kesabaran dan ke-tekunan, syukur, dorongan, kedamaian, kebertujuan dan kebermaknaan yang diejawantahkan dalam keseharian, sembari memperoleh pencapaian yang melebihi dunia nyata dan nampak ini.

Spiritualitas membuat kita mencari dan bertahan kokoh dengan nilai-nilai yang diyakini dan tidak dipengaruhi oleh sukses material.

Oleh karena itu, kecerdasan spiritual bercirikan penghargaan dan penilaian fundamental terhadap kehidupan dan perkembangan semua anggota dalam komunitas sekolah.

Setiap orang dilihat sebagai entitas yang mampu berkontribusi dan mempunyai sesuatu untuk dikontrubusikan. Kecerdasan ini mengakui pentingnya menyeimbangkan kesibukan hidup komunitas sekolah dengan kedamaian dan kesempatan untuk terus berhubungan dengan isu-isu spiritual.

Kecerdasan spiritual menyatakan bahwa pengalaman bukanlah sesuatu yang secara kasat mata dapat dilihat dan diukur dengan materi. Ia menekankan pentingnya kemampuan sekolah mempromosikan pembelajaran mendalam setiap anggota komunitas.

Kecerdasan Etika
Kecerdasan terakhir dari sekolah cerdas adalah kecerdasan etika. Kecerdasan ini mengakui pentingnya hak-hak siswa dan keperluan untuk melibatkan mereka dalam pembuatan keputusan tentang proses belajar mereka.

Kecerdasan etika mencakup kejelasan statemen tentang nilai dan keyakinan yang dimuat dalam tujuan-tujuan sekolah. Ia menekankan pada bagaimana sekolah menjelaskan tujuan-tujuan moral dan prinsip-prinsipnya seperti keadilan, kesetaraan dan inklusivitas.

Ciri kecerdasan ini juga terdapat pada adanya perhatian terhadap distribusi dan penggunaan sumber daya sekolah. Sekolah dengan kecerdasan etika ini memiliki self-esteem yang tinggi sebagai sebuah organisasi yang mendorong untuk berupaya secara berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas sekolah.

Sekolah cerdas secara etika tidak pernah merasa puas akan apa yang sedang mereka lakukan dan sudah dicapai, dan selalu mempunyai ide-ide bagaimana menjadi lebih baik.

Kesembilan kecerdasan ini tentu mempunyai implikasi terhadap kepemimpinan dan manajemen sekolah di mana para pemimpinnya harus membangun satu pemahaman kolektif terhadap keragaman kecerdasan sekolah seperti yang disebutkan di atas.

Pendekatan kepemimpinan yang bisa digunakan dalam hal ini adalah problem solving approach di mana seorang pemimpin sekolah melakukan identifikasi terhadap kecerdasan-kecerdasan yang belum dimiliki oleh sekolah, mana yang masih kurang dan perlu dipertahankan dan ditingkatkan.

Setelah itu, mereka mencari alternatif-alternatif solusi bagi permasalahan itu, yang diikuti dengan analisa sumber-sumber potensial yang dapat berkontribusi memecahkan permasalahan yang ditemukan.

Kemudian pemilihan terhadap solusi dari alernatif-alternatif tersebut, untuk kemudian diimplementasikan। Terakhir, evaluasi berkelanjutan harus dilakukan agar semua kecerdasan sekolah itu dapat terwujud secara mantap dan efektif.

Model - Model Perencanaan Pendidikan

Blog Manajemen Pendidikan Indonesia

Beberapa model perencanaan pendidikan yang patut diketahui, antara lain:
a. Model Perencanaan Komperehensif
Model ini terutama digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan dalam system pendidikan secara keseluruhan. Di samping itu berfungsi sebagai suatu patokan dalam menjabarkan rencana-rencana yang lebih spesifik kea rah tujuan-tujuan yang lebih luas.

b. Model Target Setting
Model ini diperlukan dalam upaya melaksanakan proyeksi ataupun memperkirakan tingkat perkembangan dalam kurun waktu tertentu. Dalam persiapannya dikenal:
1. Model untuk menganalisis demografis dan proyeksi penduduk
2. Model untuk memproyeksikan enrolmen( jumlah siswa terdaftar ) sekolah
3. Model untuk memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja.

c. Model Costing dan keefektifan biaya
Model ini sering digunakan untuk menganalisis proyek-proyek dalam criteria efisien dan efektifitas ekonomis. Dengan model ini dapat diketahui proyek yang paling fleksibel dan memberikan suatu perbandingan yang paling baik di antara proyek-proyek yang menjadi alternative penanggulangan masalah yang dihadapi.
Penggunaan model ini dalam pendidikan didasarkan pada pertimbangan bahwa pendidikan itu tidak terlepas pada pertimbangan bahwa pendidikan itu tidak terlepas dari masalah pembiayaan. Dan, dengan sejumlah biaya yang dikeluarkan selama proses pendidikan, diharapkan dalam kurun waktu tertentu dapat memberikan benefit tertentu.

d. Model PPBS
PPBS (planning, programming, budgeting system) bermakna bahwa perencanaan, penyusunan program dan penganggaran dipandang sebagai suatu system yang tak terpisahkan satu sama lainnya. PPBS merupakan suatu proses yang komprehensif untuk pengambilan keputusan yang lebih efektif. Beberapa ahli memberikan pengertian, antara lain: Kast Rosenzweig (1979) mengemukakan bahwa PPBS merupakan suatu pendekatan yang sistematik yang berusaha untuk menetapkan tujuan, mengembangkan program-program, untuk dicapai, menemukan besarnya biaya dan alternative dan menggunakan proses penganggaran yang merefleksikan kegiatan program jangka panjang. Sedangkan Harry J. Hartley (1968) mengemukakan bahwa PPBS merupakan proses perencanaan yang komprehensif yang meliputi program budget sebagai komponen utamanya.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa:
1. PPBS merupakan pendekatan yang sistematik. Oleh kaena itu, untuk menerapkan PPBS diperlukan pemahaman tentang konsep dan teori system.
2. PPBS merupakan suatu proses perencanaan komprehensif. Penerapannya hanya dimungkinkan untuk masalah-masalah yang kompleks dan dalam organisasi yang dihadapkan pada masalah yang rumit dan komprehensif.

Untuk memahami PPBS secara baik, maka perlu kita perhatikan sifat-sifat esensial dari system ini. Esensi dari PPBS adalah sebagai berikut:
1. Memperinci secara cermat dan menganalisis secara sistematik terhadap tujuan yang hendak dicapai.
2. Mencari alternative-alternatif yang relevan, cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan.
3. Menggambarkan biaya total dari setiap alternative, baik langsung ataupun tidak langsung, biaya yang telah lewat ataupun biaya yang akan dating, baik biaya yang berupa uang maupun biaya yang tidak berupa uanag.
4. Memberikan gambaran tentang efektifitas setiap alternative dan bagaimana alternative itu mencapai tujuan.
5. Membandingkan dan menganalisis alternative tersebut, yaitu mencari kombinasi yang memberikan efektivitas yang paling besar dari suber yang ada dalam pencapaian tujuan ( Jujun S, 1980).


Referensi:
Fattah, Nanang. 2001, Landasan Manajemen Pendidikan . Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, Cetakan kelima.